ALIRAN MONETARIS DAN RATEX ( RATIONAL EXPECTATIONS )
A.
Pemikiran Rational
Expectation (Ratex)
Kritikan pakar-pakar terhadap kubu Keynesian muncul karena kubu Keynesian
percaya bahwa ada semacam trade-off antara output, kesempatan kerja dan
inflasi. Pandangan pakar aliran baru bertolak belakang dengan pandangan
Keynesian tersebut. Para pakar aliran RATEX berpendapat bahwa karena tidak ada
trade-off antara output, kesempatan kerja dan inflasi, maka tidak ada peluang
kebijaksanaan fiskal maupun moneter untuk menstabilkan perekonomian.
Menurut penganut model
ratex jika dan hanya jika masyarakat membuat kesalahan ekspektasi maka
kebijakan pemerintah dapat memberi hasil, contohnya pada kebijakan peningkatan
jumlah uang beredar berdampak pada peningkatan output. Walau demikian, paham
klasik tentang kekuatan pasar nampaknya sangat kuat berakar juga pada penganut
model ratex. Menurut pandangan penganut ratex jika kesalahan terjadi,
intervensi pemerintah semacam contoh di atas tetap tidak diinginkan karena ia
justru akan menghasilkan ketidakpastian yang lebih besar lagi. Berbeda dengan
pandangan kaum monetaris dimana mereka masih memberi “ruang” untuk melihat
berbagai dampak kebijakan pemerintah melalui perlakuan eksplisit terhadap
faktor adaptive expectation, khususnya dalam jangka pendek. Memang sulit untuk
membayangkan suatu keadaan dimana individu dapat mengetahui semua informasi
sehingga ekspektasinya menjadi rasional. Seperti tidak kurang sulitnya untuk
membayangkan situasi dimana dalam jangka pendek suatu kebijakan seperti
menaikkan jumlah uang beredar akan tidak mempunyai dampak sama sekali terhadap
tingkat output. Menurut jawaban penganut ratex kesalahan ekspektasi karena
kesulitan memperoleh informasi memang tak dapat dihindarkan meskipun yang
bersangkutan sangat rasional dalam pengambilan keputusan. Dengan pengertian
lain, menurut mereka untuk mempunyai ekspektasi rasional tidak harus selalu
bebas dari membuat kesalahan ekspektasi.
B.
Pokok – Pokok PikiranAliran Monetaris
Menurut aliran Keynes
pemerintah diperlukan untuk membawa perekonomian ke arah yang diinginkan karena
perekonomian tidak dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan yang
disebabkan oleh karena kekakuan harga dan tingkat upah, informasi tidak
sempurna, serta kebiasaan masyarakat yang menghambat mekanisme pasar.
Sedangkan para pakar RATEX (Rational Expectation) berpendapat bahwa tidak ada peluang kebijaksanaan fiskal maupun moneter untuk menstabilkan perekonomian. Menurut aliran RATEX, masalah-masalah/peristiwa ekonomi terjadi karena kesalahan dalam memperkirakan peristiwa ekonomi pada masa yang akan datang. Kesalahan tersebut tidak terjadi secara sistematis melainkan secara acak/random. RATEX juga mengkritik teori Keynes tentang pembentukan harga ekspetasi didasarkan pada perilaku masa lalu.
Menurut aliran RATEX, orang-orang/unit-unit ekonomi telah membuat perkiraan–perkiraan secara rasional, karena tingkah laku ekonomi masyarakat dipengaruhi perkiraan mereka, maka kegiatan memprediksi peristiwa ekonomi masa depan menjadi sia-sia.
Teori ekspektasi rasional (rational expectations) diajukan pertama kali oleh John F. Muth pada tahun 1961 pada tulisannya yang berjudul “Rational Expectations and the Theory of Price Movements”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Robert E. Lucas Jr. untuk memodelkan bagaimana agen ekonomi melakukan peramalan di masa yang akan datang.
Sukirno (2006) menjelaskan bahwa ada 2 asumsi yang menjadi dasar teori ekspektasi rasional (rational expectations):
Sedangkan para pakar RATEX (Rational Expectation) berpendapat bahwa tidak ada peluang kebijaksanaan fiskal maupun moneter untuk menstabilkan perekonomian. Menurut aliran RATEX, masalah-masalah/peristiwa ekonomi terjadi karena kesalahan dalam memperkirakan peristiwa ekonomi pada masa yang akan datang. Kesalahan tersebut tidak terjadi secara sistematis melainkan secara acak/random. RATEX juga mengkritik teori Keynes tentang pembentukan harga ekspetasi didasarkan pada perilaku masa lalu.
Menurut aliran RATEX, orang-orang/unit-unit ekonomi telah membuat perkiraan–perkiraan secara rasional, karena tingkah laku ekonomi masyarakat dipengaruhi perkiraan mereka, maka kegiatan memprediksi peristiwa ekonomi masa depan menjadi sia-sia.
Teori ekspektasi rasional (rational expectations) diajukan pertama kali oleh John F. Muth pada tahun 1961 pada tulisannya yang berjudul “Rational Expectations and the Theory of Price Movements”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Robert E. Lucas Jr. untuk memodelkan bagaimana agen ekonomi melakukan peramalan di masa yang akan datang.
Sukirno (2006) menjelaskan bahwa ada 2 asumsi yang menjadi dasar teori ekspektasi rasional (rational expectations):
1. Teori ini menganggap
bahwa semua pelaku kegiatan ekonomi bertindak secara rasional, mengetahui seluk
beluk kegiatan ekonomi dan mempunyai informasi yang lengkap mengenai
peristiwa-peristiwa dalam perekonomian. Keadaan yang berlaku di masa depan dapat
diramalkan, selanjutnya dengan pemikiran rasional dapat menentukan reaksi
terbaik terhadap perubahan yang diramalkan akan berlaku. Akibat dari asumsi
ini, teori ekspektasi rasional mengembangkan analisis berdasarkan
prinsip-prinsip yang terdapat dalam teori mikroekonomi yang juga bertitik tolak
dari anggapan bahwa pembeli, produsen, dan pemilik faktor produksi bertindak
secara rasional dalam menjalankan kegiatannya.
2.
Asumsi kedua adalah
semua jenis pasar beroperasi secara efisien dan dapat dengan cepat membuat
penyesuaian-penyesuaian ke arah perubahan yang berlaku. Asumsi kedua ini sesuai
dengan pendapat ahli-ahli ekonomi klasik, dan merupakan salah satu alasan yang
menyebabkan teori ini dinamakan new classical economics. Menurut asumsi kedua,
tingkat harga dan tingkat upah dapat dengan mudah mengalami perubahan.
Kekurangan penawaran barang akan menaikkan harga, dan kelebihan penawaran
mengakibatkan harga turun. Buruh yang berkelebihan akan menurunkan upah,
sebaliknya kekurangan buruh akan menaikkan upah mereka. Semua pasar bersifat
persaingan sempurna, dan informasi yang lengkap akan diketahui oleh semua
pelaku kegiatan ekonomi di berbagai pasar.
Golongan ekspektasi
rasional melahirkan pemikiran mengenai hipotesis pasar efisien. Mankiw (2006)
menjelaskan bahwa ada sebuah cara dalam memilih saham untuk portofolio, yaitu
memilih secara acak. Alasan dari cara ini adalah hipotesis pasar yang efisien (efficient
markets hypothesis). Asumsinya adalah semua saham sudah dinilai tepat sepanjang
waktu karena keseimbangan penawaran dan permintaan mengatur harga pasar. Pasar
saham dianggap mencerminkan semua informasi yang tersedia mengenai nilai sebuah
aset. Harga-harga saham berubah ketika informasi berubah. Kalau ada berita baik
mengenai prospek suatu perusahaan, nilai dan harga saham sama-sama naik. Tapi,
pada saat kapan pun, harga pasar adalah perkiraan terbaik dari nilai perusahaan
yang didasarkan atas semua informasi yang tersedia.
Samuelson dan Nordhaus
menyatakan bahwa pandangan teori pasar efisien terlalu sederhana dan
menyesatkan, sudah banyak bukti menunjukkan tidak semua pergerakan saham
diakibatkan perubahan informasi. James Tobin, seorang professor Yale pemenang
hadiah nobel mengkritik teori ini, argumennya pada bursa saham amerika tanggal
15 hingga 19 oktober 1987 terjadi perubahan harga sebanyak 30% padahal tidak
ada faktor yang tampak. Teori pasar efisien bungkam terhadap kritik tobin.
Aliran Pemikiran
Ekonomi Baru yang disebut aliran gelombang baru
(new wave) Pandangan aliran gelombang baru yg menganggap tidak ada hubungan khusus antara variabel output, kesempat-an kerja & inflasi. Karena tidak ada trade-offs diantara varibel tersebut. Pakar-pakar Ratex berpendapat bahwa tidak ada peluang kebijaksanaan fiskal maupun moneter untuk menstabilkan perekonomian. Bagi aliran ratex, deviasi dari keadaan kesempatan kerja penuh hanya terjadi karena adanya kesalahan dalam memperkirakan peristiwa-peristiwa ekonomi (seperti tingkat harga, upah dan inflasi) masa datang. Dalam perekonomian yang sudah stabil, pelaksanaan suatu kebijaksanaan ekonomi justru bisa mengganggu perekonomian itu sendiri.
(new wave) Pandangan aliran gelombang baru yg menganggap tidak ada hubungan khusus antara variabel output, kesempat-an kerja & inflasi. Karena tidak ada trade-offs diantara varibel tersebut. Pakar-pakar Ratex berpendapat bahwa tidak ada peluang kebijaksanaan fiskal maupun moneter untuk menstabilkan perekonomian. Bagi aliran ratex, deviasi dari keadaan kesempatan kerja penuh hanya terjadi karena adanya kesalahan dalam memperkirakan peristiwa-peristiwa ekonomi (seperti tingkat harga, upah dan inflasi) masa datang. Dalam perekonomian yang sudah stabil, pelaksanaan suatu kebijaksanaan ekonomi justru bisa mengganggu perekonomian itu sendiri.
Hipotesis Keynes tentang fungsi konsumsi
C= f(Y) ditolak,
Alasannya, dalam
kenyataan pengeluaran konsumsi (C) tidak hanya ditentukan oleh pendapatan (Y)
sekarang atau pendapatan masa lalu, melainkan juga dipengaruhi oleh perkiraan
(ekspektasi) mereka dimasa yang akan datang. Karena model-model yang
dikembangkan didasarkan pada ekspektasi rasional, aliran gelombang baru ini
disebut aliran ekspektasi asional atau rational expectation (ratex)
Ø
Pakar-pakar ratex juga
percaya bahwa dalam perekonomian yang selalu dalam posisi keseimbangan
kebijaksanaan apapun dari pemerintah cenderung tidak memberika hasil yang
efektif. Mereka percaya bahwa tidak banyak yang dapat dilakukan oleh pemerintah
untuk memperbaiki suatu keadaan, sebab setiap orang sudah melakukan yang
terbaik bagi dirinya masing-masing. Pandangan ini kemudian dijadikan sebagai
preposisi, yang dikenal dengan preposisi kebijaksanaan pemerintah yang tidak
efektif (policy ineffective preposition).
Ø
Karena pandangan aliran
gelombang baru atau ratex ini mengingatkan orang akan kebijaksanaan klasik,
aliran ini kemudian sering pula disebut aliran klasik baru atau new classical
economics (ingat, bukan neo-klasik).
C.
Unsur Ekspektasi Dalam Perekonomian
Selama periode tahun 1970-an struktur berfikir
Neo-Keynesian, monetaris dan aliran sisi penawaran, mendominasi teori-teori
pemikiran dan kebijaksanaan ekonomi makro. Jika diperhatikan ketiga pendekatan
tersebut mempunyai kelemahan, yaitu tidak memperhatikan unsure ekspektasi dari
kebijaksanaan ekonomi (fiskal dan moneter) yang diambil. Padahal menurut RATEX,
unsure ekspektasi memegang peran cukup penting dalam penentuan
aktivitas-aktivitas ekonomi. Karena adanya unsure ekspektasi dari pakar pelaku
ekonomi, Lucas dan Rapping mendukung sifat netral uang dan ketidak efektifan
kebijaksanaan pemerintah sebagaimana yang pernah dilasir oleh Milton Frediman
dari aliran monetaris.
D. Tokoh-tokoh ratex
1)
Robert Lucas
2)
Thomas Sargeant
3)
Eil Wallace
4)
Robert Barro
5)
Leonard Rapping
6)
Edward Prescott
7)
Dvid Begg
8)
Steven Sheffrin
9)
John Muth
Ide tentang ekspektasi rasional ini sudah dikembangkan oleh John Muth sejak tahun 1961. Premis utama yang dikemukakan Muth dalam tulisannya
tersebut adalah, bahwa ekspektasi tiap orang bersifat rasional bila ekspektasi tersebut
identik dengan prediksi model.
Dalam pengembangan model-model ekonomi, pakar-pakar aliran ratex iniØ menggunakan beberapa preposisi : bahwa orang atau unit-unit ekonomi akan membuat perkiraan (ekspektasi) ; orang tidak menggunakan informasi yang ada padanya secara efisien ; oarang tidak membuat kesalahan-kesalahan secara sistematis dalam ekspektasi mereka; dan orang akan bereaksi secara rasional terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dilakukan demi kepentingan pribadi masing-masing. Ratex telah berjasa mempertajam penggunaan dasar-dasar teori mikro dan model-model mekanisme pasar bebas ke dalam analisis makro, yg disebut pendekatan keseimbangan ekspektasi-ekspektasi rasional (rational expectations equilibrium approach) dalam teori ekonomi makro. Pendekatan keseimbangan ekspektasi rasional dibangun dengan tujuan agar semua teori-teori makro didasarkan pada teori-teori mikro yang kokoh.
Dalam pengembangan model-model ekonomi, pakar-pakar aliran ratex iniØ menggunakan beberapa preposisi : bahwa orang atau unit-unit ekonomi akan membuat perkiraan (ekspektasi) ; orang tidak menggunakan informasi yang ada padanya secara efisien ; oarang tidak membuat kesalahan-kesalahan secara sistematis dalam ekspektasi mereka; dan orang akan bereaksi secara rasional terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dilakukan demi kepentingan pribadi masing-masing. Ratex telah berjasa mempertajam penggunaan dasar-dasar teori mikro dan model-model mekanisme pasar bebas ke dalam analisis makro, yg disebut pendekatan keseimbangan ekspektasi-ekspektasi rasional (rational expectations equilibrium approach) dalam teori ekonomi makro. Pendekatan keseimbangan ekspektasi rasional dibangun dengan tujuan agar semua teori-teori makro didasarkan pada teori-teori mikro yang kokoh.
E.
Implikasi Kebijaksanaan
Pemerinatah biasanya sering menggunakan “jurus-jurus rahasia” yang tidak
terduga. Dampak negatifnya ialah rutuhnya kredibilitas di mata masyarakat.
Mengahadapi hal yang semacam ini bagi para pelaku ekonomi lebih baik memilih
melakukan bisnis di negara-negara yang lebih transparan kebijaksanaan
ekonominya, daripada menghadapi resiko karena dikeluarkannya jurus-jurus
kebijksanaan yang dirahasiakan oleh pemerintah maupun diseluruh dunia. Dari paparan
diatas dapat lebih mudah dipahami bahwa sikap rasional dai para pelaku ekonomi
secara agregatif dapat membentuk suatu kekuatan “ kontra-kebijkasanaan”, dimana
berbagai kebijksanaan yang akan diambil menjadi tumpul, jika kebijaksanaan
tersebut dapat diantisipasi dengan tepat.
Para pakar Ratex pada umumnya meragukan bahwa
para ahli ekonomi cukup tahu bagaimana masyarakat akan beraksi terhadap
perubahan-perubahan kebijaksanaan yang dilakukan . Dalam membuat formulasi
kebijaksanaa sebaiknya pemerintah mengasumsikan bahwa setiap orang sudah
mengerti bagaimana bekerjanya suatu kebijaksanaan. Manakala pemerintah sudah
menyadari akan hal ini, maka tentunya tidak akan mengeluarkan kebijaksanaan
yang terlalu beraneka ragam. Adapun kebijaksanaan yang terbaik yang mungkin
dilakukan adalah kebijaksanaan sederhana tentang hal yang pokok-pokok saja,
itupun dikelurkan secara transparan, sehingga orang akan turut aktif dalam
pembangunan ekonomi.
F.
Mekanisme kerja
ekspektasi rasional
Menurut Michael Carter
(1984), ekspektasi rasional adalah upaya meramal secara esensial masa depan
variabel-variabel ekonomi untuk membuat kebijakan secara tepat. Dalam
memprediksi, variabel-variabel yang relevan, namun penuh dengan ketidakpastian,
harus diperhitungkan secara cermat. Ekspektasi rasional pada mulanya diperkenalkan oleh
John Muth pada tahun 1961 melalui paper klasiknya yang berjudul “Rational
Expectations Hypothesis”. Namun demikian keberadaan ekspektasi rasional ini
semakin berkembang dengan adanya studi oleh Lucas (1973) dan dua paper seri
dari Barro (1977a,1978b).
ü
ASUMSI DASAR
1)
Asumsi dasar bagi
bekerjanya model ekspektasi rasional ini adalah :
Ekspektasi ini didasarkan kepada informasi yang lengkap yang dimiliki oleh semua pelaku ekonomi, baik tiu konsumen, produsen (simetris). Informasi yang lengkap ini bukan hanya meliputi informasi masa lalu, atau yang baru dialami tetapi juga informasi tentang masa yang akan datang.
Ekspektasi ini didasarkan kepada informasi yang lengkap yang dimiliki oleh semua pelaku ekonomi, baik tiu konsumen, produsen (simetris). Informasi yang lengkap ini bukan hanya meliputi informasi masa lalu, atau yang baru dialami tetapi juga informasi tentang masa yang akan datang.
2)
Berdasarkan
informasi-informasi tersebut, pelaku ekonomi akan melakukan tindakan yang
rasional. Tindakan rasional yang dimaksudkan disini adalah : produsen cenderung
untuk memaksimumkan profit dengan kondela faktor-faktor produksi, sedangkan
konsumen cenderung memaksimalkan utility dengan kendala income. Pelaku ekonomi
yang rasional akan senantiasa berpegang pada prinsip tersebut terutama dalam
menghadapi berbagai perubahan yang timbul dari aspek makroekonomi, seperti
inflasi dan pengangguran.
3)
Pelaku-pelaku ekonomi
mengetahui dengan baik implikasi-inplikasi dari berbagai kebijakan yang akan
dijalankan oleh pemerintah. Pengetahuan seperti itu terutama didapat dari
pengalaman-pengalaman di masa lalu. Teori ekspektasi rasional menganggap bahwa pada
umumnya masyarakat mengetahui dampak yang akan ditimbul sebagai akibat
kebijakan-kebijakan pemerintah seperti melakukan anggaran belanja defisit dan
dampaknya terhadap perekonomian. Kemampuan untuk memprediksi (to expect and to
anticipate) dampak dari tindakan pemerintah seperti itu, memungkinkan
pelaku-pelaku ekonomi melakukan tindakan untuk melindungi diri dari dampak
buruk kebijakan pemerintah tersebut di masa depan.
Dalam kesempatan lain,
Case dan Fair (1999) mengatakan bahwa hipotesis ekspektasi rasional
mengasumsikan bahwa orang mengetahui tentang “model ekonomi secara benar”.
Sebagai contoh model tentang inflasi. Variabel-variabel yang mempengaruhi
terjadinya inflasi, diektahui secara pasti oleh semua pelaku ekonomi secara
simetris. Apabila terjadi perubahan-perubahan terhadap parameter dari
variabel-variabel tersebut, maka secara cepat para pelaku ekonomi dapat
mengekspektasi perubahan inflasi.
G. Kritik terhadap ekspektasi rasional
Sebagai suatu pendekatan baru dalam makroekonomi, ekspektasi rasional tidak
lepas dari berbagai kritik, baik yang lunak maupun yang sangat keras. Case
mengatakan bahwa pertanyaan kunci yang berkenaan dengan ekspektasi rasional ini
adalah : Seberapa realistisnya asumsi yang dibangun dari model ekspektasi
rasional ? Jika asumsi tersebut memprediksi bagaimana ekspektasi tersebut
dibentuk, maka perlu dipertanyakan apabila terjadi kesalahan ekspektasi yang
justru menimbulkan ketidakseimbangan. Dari sudut makroekonomi, argumen-argumen
yang mendukung ekspektasi rasional cenderung persuasif.
Ekspektasi rasional terlalu menuntut rumah tangga dan perusahaan mengetahui berbagai informasi terlalu banyak. Tidak realistis untuk menganggap unit pengambilan keputusan dasar untuk mengetahui informasi sebanyak yang dituntut. Orang harus mengetahui model yang benar (atau sekurang-kurangnya perkiraan yang baik tentang model yang benar).
Walaupun asumsi ekspektasi rasional itu tampaknya konsisten dengan dalil mikroekonomi tentang maksimalisasi utility dan maksimalisasi profit, asumsi ekspektasi rasional itu dinilai sangat ekstrim.
Ekspektasi rasional terlalu menuntut rumah tangga dan perusahaan mengetahui berbagai informasi terlalu banyak. Tidak realistis untuk menganggap unit pengambilan keputusan dasar untuk mengetahui informasi sebanyak yang dituntut. Orang harus mengetahui model yang benar (atau sekurang-kurangnya perkiraan yang baik tentang model yang benar).
Walaupun asumsi ekspektasi rasional itu tampaknya konsisten dengan dalil mikroekonomi tentang maksimalisasi utility dan maksimalisasi profit, asumsi ekspektasi rasional itu dinilai sangat ekstrim.
Michel Carter (1984) mengkritik sangat keras keberadaan ekspekatasi
rasional ini. Ia mengatakan bahwa teori ekspektasi rasional sebagai “sangat
tidak masuk akal”, karena dianggap tidak realistis. Kritik Carter ini berkaitan
dengan empat hal pokok, yaitu : Individu yang rasional, argumentasi tentang
pemerintah yang jujur, eksploitasi terhadap seluruh kesempatan untuk memperoleh
profit, Hanya sebagian perusahaan membutuhkan rasionalitas tertentu, bukan
teori yang kompeten.
1)
Individu yang rasional
Newclassical sangat konsern untuk mencoba menjelaskan tentang perilaku
individu didalam memaksimalkan utilitasnya. Bagaimana cara mereka untuk secara
mandiri mencoba untuk mengetahui tentang variabel-varibel ekonomi yang
dibutuhkan untuk memprediksi masa depan ? Jawabannya tentu saja tentu saja
berdasarkan rasionalitas mereka. Namun perlu dipertanyakan lebih dalam lagi
bagaimana caranya untuk mendapatkan jalan untuk menemukan informasi tersebut.
Dalam hal ini akan terdapat ketidaksinkronan antara kenyataan adanya informasi
yang lengkap dengan asumsi yang ada pada ekspektasi rasional.
2)
Peran pemerintah
Pemerintah yang jujur dalam mengelola manajemen makroekonomi sangat sulit,
terutama dalam menciptakan kapasitas penuh tenaga kerja. Sebagai contoh :
keinginan pemerintah untuk menekan pengangguran. Yang pada kenyataannya
pengangguran ini selalu ada dalam kisaran antara 4 – 7 %.
3)
Eksploitasi kesempatan
untuk memperoleh profit. Bila suatu perusahaan memiliki informasi untuk
memperoleh kesempatan mendapatkan profil, maka ia cenderung untuk
mengeksploitasi kesempatan tersebut semaksimal mungkin.
4)
Sebagian perusahaan
yang membutuhkan rasionalitas tertentu hal-hal yang menyebabkan berkurangnya kesempatan
memperoleh profit sebagaimana tersebut diatas tersebut akan mereka reduksi,
termasuk apabila itu menyangkut sharing informasi dengan pelaku ekonomi
lainnya. Dengan demikian informasi yang lengkap hanya dimiliki oleh sedikit
perusahaan.
5)
Tidak ada teori yang
kompeten Pada akhirnya Carter mengatakan bahwa ekspektasi
rasional sebenarnya tidak didukung oleh teori yang yang kompeten.
H. Pro dan Kontra
Lucas menyebutkan bahwa perubahan-perubahan yang tidak terantisipasi saja
yang akan mempengaruhi output. Jika terantisipasi maka output = nihil atau
dengan kata lain kebijakan moneter tidak akan ampuh digunakan sebagai alat
untuk mempengaruhi output dan kesempatan kerja. Pihak Pro Thomas J.S dan Neil
Wallace Kebijakan moneter memang tidak efektif, baik jangka
panjang maupun jangka pendek. Pihak Kontra F. Mishkin dan R. Gordon Kebijakan moneter yang
sistematis jelas memberi dampak terhadap output.
Kesimpulan
Dari pendapat-pendapat
di atas, memang telah mempengaruhi dunia. Namun, masih perlu penelitian lebih
lanjut karena kebijakan moneter yang mempengaruhi output masih belum terbukti
jelas dan bersifat fleksibel. RATEX memberi pengaruh terhadap dunia karena ajaran
Ratexlah yang mencetuskan ide bahwa perekonomian diserahkan kepada mekanisme
pasar dan itu memberi pengaruh terhadap program-program ekonomi dunia.
Sumber:
http://speunand.blogspot.com/2011/01/aliran-ratex.html
Sihono,Teguh.2008. Perkembangan Pemikiran
Ekonomi. Semenjak Kaum Perintis sampai Supply Sider.Yogya:Fakultas Ilmu Sosial
dan Ekonomi.
0 komentar:
Posting Komentar